DewataKu-Bayangkan tengkorak bertebaran di atas tanah, namun tak sedikit pun bau bangkai tercium. Inilah keunikan kuburan di Desa Trunyan, Kabupaten Bangli, Bali. Mayat di sini tak ada yang dikubur, namun udaranya semerbak wangi.
Desa Trunyan punya kuburan yang unik. Alih-alih dimakamkan, atau dibakar layaknya upacara Ngaben ala Bali, jenazah di Desa Trunyan dibiarkan begitu saja di atas tanah. Mayat-mayat ini hanya ditutup ancak saji yang terbuat dari dedaunan.
Adat Desa Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Terunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda.
Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut ini disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar